Tampilkan postingan dengan label Alam Semesta Raya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam Semesta Raya. Tampilkan semua postingan

Bulan akan menjauhi kita

Sabtu, 13 Februari 2010


Pada suatu masa jutaan tahun ke depan keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.
Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi. Bukan tanpa alasan Neil Armstrong manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.

Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.

Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.

Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).

Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.

Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Hari pun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?

Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.

Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.

Stabilitas iklim


Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.

”Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir,” ucapnya kepada Science Channel.

Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.

Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.

Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan. ”Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi,” ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.

Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan.

Misi terbaru NASA


Kini, bulan sebagai tetangga terdekat bumi kembali menjadi perhatian riset astronomi di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Jumat (19/6) meluncurkan wahana LCRoS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite) di Cape Canaveral, AS. Wahana ini adalah bagian dari misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yaitu persiapan program mengembalikan astronot ke bulan tahun 2020 setelah terakhir dilakukan pada 1969-1972 (Reuters, 18/6).

Sasaran utama misi LCRoS untuk memastikan ada tidaknya air beku yang dipercaya berada di kawasan kawah gelap dekat kutub bulan. Dibantu dengan LRO yang memetakan permukaan di bulan secara detail, kedua misi baru ini mengisyaratkan hal besar: menancapkan tonggak baru soal kemungkinan membangun koloni di luar bumi!

Namun, dengan penuh kerendahan hati, Craig Tooley, LRO Project Manager, mengatakan, ”Pengetahuan kita tentang bulan secara keseluruhan saat ini masih minim. Kita punya peta lebih baik tentang Mars, tetapi tidak untuk bulan kita sendiri.”

Kompas.com
read more “Bulan akan menjauhi kita”

obyek terdingin di alam semesta

Senin, 08 Februari 2010

Seperti apakah obyek yang dingin di alam semesta? Mungkin hal ini sering muncul di benak kita. Yang pasti para astronom dari University of Hertfordshire bisa memberikan jawaban akan pertanyaan ini. Mereka baru saja menemukan sebuah obyek sub bintang yang paling dingin yang pernah ditemukan di luar Tata Surya.

Sub Bintang & Katai Coklat

Ilustrasi pasangan katai coklat yang dingin. Kredit : NASA / JPL-Caltech
Sub bintang adalah benda angkasa yang massanya jauh lebih kecil dari massa terkecil sebuah bintang yang diperkirakan sekitar 0,08 massa Matahari. Batas minimum massa bintang tersebut berasal dari batas minimum dimana bintang dapat mempertahankan reaksi fusi di dalam dirinya.
Pada umumnya obyek sub bintang tersebut merupakan obyek katai coklat, yang massanya lebih kecil dari massa bintang namun lebih besar dari massa planet gas raksasa seperti Jupiter. Bisa dikatakan, katai coklat merupakan obyek pertengahan antara bintang dan planet raksasa dengan massa rata-rata kurang dari 70 massa Jupiter. Temperatur katai coklat yang dingin justru membuat mereka tampak sangat redup pada panjang gelombang tampak dan lebih mudah dideteksi dari pendarnya pada panjang gelombang inframerah.
Inilah obyek yang ditemukan para astronom tersebut dengan menggunakan United Kingdom Infrared Telescope (UKIRT) di Hawaii. Yang menarik, obyek tersebut memiliki warna yang cukup istimewa, sehingga ia tampak sangat biru atau sangat merah, bergantung pada bagian spektrum yang digunakan untuk melihat obyek ini.
Secara teknis, obyek baru ini merupakan katai coklat yang diberi kode SDSS1416+13B dan berada pada jarak 50 tahun cahaya dari Tata Surya. Ia memiliki orbit yang cukup lebar di dekat katai coklat SDSS1416+13A yang lebih terang dan hangat yang berada pada jarak 15 tahun cahaya.
Katai Coklat Yang Sangat Dingin
Penemuan katai coklat ini juga memecahkan rekor suhu paling dingin dari obyek yang ditemukan di luar Tata Surya. Bagaimana tidak, katai coklat ini diperkirakan memiliki temperatur pada kisaran 200 derajat celcius. Hanya 2 kali titik didih air di Bumi.
Tapi, para astronom masih harus meneliti obyek ini dengan hati-hati. Menurut Dr Philip Lucas dari University of Hertfordshire’s School of Physics, Astronomy and Mathematics, warna katai coklat ini berbeda dari yang pernah terlihat sebelumnya sehingga belum bisa sepenuhnya dipahami. Yang pasti, para ahli fisika akan semakin sibuk untuk mengungkapkan misteri yang ada di balik obyek tersebut.
SDSS1416+13B pertama kali diamati oleh Dr. Ben Burningham sebagai bagian dari pencarian katai coklat dingin dalam program UKIRT Infrared Deep Sky Survey (UKIDSS). Saat diamati, obyek tersebut tampak lebih biru pada panjang gelombang dekat inframerah. Dan saat spektrumnya diambil dengan teleskop Subaru di Hawaii, tampak kalau katai coklat ini termasuk tipe katai T, yang memiliki metana cukup banyak di atmosfer akan tetapi memiliki tanda tertentu lainnya seperti adanya gap / jeda yang besar pada panjang gelombang tertentu.
Pengamatan lanjutan terhadap SDSS1416+13B dilakukan menggunakan Teleskop Angkasa Spitzer pada panjang gelombang yang lebih panjang. Hasilnya, Dr. Sandy Leggett menemukan kalau spektrum katai coklat tersebut berada di area tengah pada panjang gelombang infra merah. Hasil ini juga yang dijadikan indikator dalam menentukan temperatur dan pada akhirnya diketahui juga kalau SDSS1416+13B merupakan katai coklat yang paling merah yang pernah diketahui pada rentang panjang gelombang tersebut.
Jika dibandingkan dengan model teoretik atmosfer katai coklat, maka diperkirakan temperatur dari SDSS1416+13B berada pada kisaran 500 Kelvin (227 derajat Celcius).
Bintang Ganda

Pasangan ganda katai coklat SDSS1416+13A dan SDSS1416+13B. Kredit : SDSS
Selain menemukan SDSS1416+13B, Ben Burningham juga memastikan kalau bintang terang SDSS1416+13A yang telah teramati sebelumnya oleh SDSS dan berada tak jauh dari SDSS1416+13B merupakan katai coklat. Yang menarik, keduanya merupakan pasangan bintang ganda katai coklat.
Bintang SDSS1416+13A ditemukan oleh Sloan Digital Sky Survey pada gelombang cahaya tampak, sedangkan katai coklat pasangannya SDSS1416+13B justru hanya bisa teramati pada cahaya inframerah. Tak hanya itu. Katai coklat SDSS1416+13A juga memiliki spektrum yang tak biasa. Dan diharapkan bintang pasangan katai coklat ini bisa memberikan jawaban atas gap yang ada serta memberi pemahaman yang baru bagi dunia astronomi.
Hasil analisis awal pada kedua katai coklat menunjukan kurangnya elemen berat di dalam obyek tersebut. Miskinnya elemen bera di katai coklat ini bisa dijelaskan seandainya usia mereka memang sudah sangat tua. Dan seandainya memang usianya sudah tua, maka tak mengherankan kalau bintang pasangan tersebut memiliki temperatur yang sangat rendah.
Sumber : University of Hertfordshire
read more “obyek terdingin di alam semesta”

Di bulan ada air

Jumat, 13 November 2009



Sejak manusia pertama kali menyentuh bulan dan membawa potongan-potongan itu kembali ke Bumi, para ilmuwan telah berpikir bahwa permukaan bulan adalah tulang kering. Tapi pengamatan baru dari tiga pesawat yang berbeda telah meletakkan gagasan ini untuk beristirahat dengan apa yang disebut "bukti jelas" air di permukaan bulan.

Penemuan baru, rinci dalam edisi September 25 jurnal Science, datang setelah bukti lebih lanjut air es kutub bulan oleh NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter dan hanya beberapa minggu sebelum bulan direncanakan dampak LCROSS NASA satelit, yang akan menekan satu dari gelap secara permanen kawah di kutub selatan bulan dengan harapan berputar sampai air es bukti deposito di bidang puing-puing.

Bulan tetap lebih kering daripada padang pasir di bumi, tetapi air dikatakan ada di bulan dalam jumlah yang sangat kecil. Satu ton lapisan atas permukaan bulan akan menyelenggarakan sekitar 32 ons air, kata para peneliti.

"Jika molekul air adalah sebagai ponsel seperti yang kita pikir mereka - bahkan sebagian dari mereka - mereka menyediakan mekanisme untuk mendapatkan air untuk mereka dibayangi kawah secara permanen," kata ahli geologi planet Carle Pieters dari Brown University di Rhode Island, yang memimpin salah satu dari tiga studi di Science pada bulan menemukan, dalam sebuah pernyataan. "Ini akan membuka jalan baru [dari penelitian bulan], tetapi kita harus memahami fisika itu untuk menggunakannya."

Mencari air di bulan akan menguntungkan di masa depan mungkin lunar base, bertindak sebagai potensi sumber air minum dan bahan bakar.

Apollo muncul kering

Ketika astronot Apollo kembali dari bulan 40 tahun lalu, mereka membawa kembali beberapa sampel batu bulan.

Bulan batu-batu itu dianalisis untuk tanda-tanda air mineral terikat untuk hadir dalam batu-batu, sementara jejak air dalam jumlah yang terdeteksi, ini adalah diasumsikan kontaminasi dari Bumi, karena kontainer kembali batu-batu di telah bocor.

"Para isotop oksigen yang ada di bulan adalah sama dengan yang ada di Bumi, sehingga sulit jika tidak mustahil untuk membedakan antara air dari bulan dan air dari Bumi," kata Larry Taylor dari University of Tennessee , Knoxville, yang adalah anggota salah satu instrumen yang dibangun NASA tim untuk India's Chandrayaan-1 satelit dan telah mempelajari bulan sejak misi Apollo.

Sementara para ilmuwan terus untuk menduga bahwa air es deposito bisa ditemukan di tempat-tempat terdingin dari kutub selatan kawah yang tidak pernah melihat sinar matahari, konsensus menjadi bahwa sisa bulan tulang kering.

Tapi baru pengamatan permukaan bulan dibuat dengan Chandrayaan-1, pesawat ruang angkasa Cassini NASA, dan NASA's Deep Impact probe, menghimbau bahwa konsensus dipertanyakan, dengan beberapa Deteksi sinyal spektrum baik air atau gugus hidroksil (oksigen dan hidrogen kimia Berikat).

Tiga pesawat ruang angkasa

Chandrayaan-1, India pertama-pernah bulan probe, bertujuan untuk pemetaan permukaan bulan dan menentukan komposisi yang mineral (misi pengorbit 14 bulan sebelum waktunya berakhir pada Agustus setelah tiba-tiba tidak berfungsi). Sementara penyelidikan masih aktif, yang dibangun NASA Moon Mineralogy Mapper (M3) mendeteksi gelombang cahaya terpantul di permukaan yang menunjukkan ikatan kimia antara hidrogen dan oksigen - yang tanda baik tanda air atau hidroksil.

M3 karena hanya dapat menembus beberapa milimeter atas regolith bulan, yang baru air diamati tampaknya berada di atau dekat permukaan bulan. M3's pengamatan juga menunjukkan bahwa air semakin kuat sinyal menuju daerah kutub. Pieters adalah pemimpin penelitian untuk instrumen M3 Chandrayaan-1.

Cassini, yang disahkan oleh bulan pada tahun 1999 dalam perjalanannya ke Saturnus, memberikan konfirmasi sinyal ini dengan sendiri deteksi sedikit lebih kuat dari air / hidroksil sinyal. Air harus diserap atau terperangkap di kaca dan mineral di permukaan bulan, menulis Roger Clark dari US Geological Survey dalam penelitian yang merinci temuan Cassini.

Data Cassini menunjukkan distribusi global sinyal air, meskipun juga muncul lebih kuat di dekat kutub (dan rendah di lunar maria).

Akhirnya, pesawat ruang angkasa Deep Impact, sebagai bagian dari misi dan EPOXI diperpanjang atas permintaan dari tim M3, membuat Deteksi inframerah air dan hidroksil sebagai bagian dari latihan kalibrasi selama beberapa pendekatan dekat Bumi-Bulan dalam perjalanan sistem ke direncanakan flyby dari komet 103P/Hartley 2 pada bulan November 2010.

Deep Impact mendeteksi sinyal pada semua lintang di atas 10 derajat LU, meskipun sekali lagi, kutub menunjukkan sinyal terkuat. Dengan beberapa berlalu, Deep Impact mampu mengamati daerah yang sama pada waktu yang berbeda dari hari lunar. Pada tengah hari, ketika sinar matahari yang kuat, fitur air yang terendah, sementara di pagi hari, fitur lebih kuat.

"The Deep Impact of the Moon observasi tidak hanya secara tegas mengukuhkan kehadiran [air / hidroksil] pada permukaan bulan, tetapi juga mengungkapkan bahwa seluruh permukaan bulan yang terhidrasi selama setidaknya beberapa bagian dari bulan hari," para penulis menulis dalam studi mereka.

Temuan dari ketiga pesawat ruang angkasa "menyediakan bukti jelas adanya hidroksil atau air," kata Paul Lucey dari University of Hawaii pada esai pendapat yang menyertai tiga studi. Lucey tidak terlibat dalam salah satu misi.

Data baru "prompt reexamination kritis gagasan bahwa bulan kering. Hal ini tidak," Lucey menulis.

Mana air berasal dari

Gabungan, temuan menunjukkan bahwa tidak hanya adalah terhidrasi bulan, proses yang membuatnya begitu adalah dinamis yang digerakkan oleh perubahan sehari-hari radiasi matahari memukul titik tertentu di permukaan.

Matahari mungkin juga ada hubungannya dengan bagaimana air sampai di sana.

Ada dua jenis potensi air di bulan: yang dibawa dari sumber luar, seperti air-bantalan memukul permukaan komet, atau bahwa yang berasal di bulan.

Kedua ini, endogenic, sumber diduga mungkin berasal dari interaksi angin matahari dengan batu dan tanah bulan.

Bebatuan dan regolith yang membentuk permukaan bulan adalah sekitar 45 persen oksigen (dikombinasikan dengan unsur-unsur lain seperti kebanyakan silikat mineral). Angin matahari - yang terus-menerus aliran partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari - kebanyakan proton, atau atom hidrogen bermuatan positif.

Jika diisi hidrogen, yang melaju dengan kecepatan sepertiga kecepatan cahaya, menghantam permukaan bulan dengan cukup kuat, mereka pecah ikatan oksigen dalam bahan-bahan tanah, Taylor, anggota tim M3 tersangka. Mana oksigen dan hidrogen ada, ada kemungkinan besar bahwa jumlah jejak air akan terbentuk.

Berbagai studi, peneliti juga menyarankan bahwa dehidrasi dan rehidrasi harian dari jejak air di permukaan bisa menyebabkan migrasi hidroksil dan hidrogen ke arah tiang di mana ia dapat terakumulasi dalam perangkap dingin dari daerah gelap secara permanen.

www.space.com
read more “Di bulan ada air”

Teleskop Hubble dan Spitzer yang dipasang di luar angkasa terus mengeksplorasi jagat raya. kedua teleskop yang juga berfungsi sebagai kamera tersebut berhasil merekam galaksi tertua dan terjauh di alam semesta.

Rabu, 09 September 2009

Teleskop Hubble Tangkap Jejak Alam Semesta saat Berusia 700 Juta Tahun
WASHINGTON – Teleskop Hubble dan Spitzer yang dipasang di luar angkasa terus mengeksplorasi jagat raya. kedua teleskop yang juga berfungsi sebagai kamera tersebut berhasil merekam galaksi tertua dan terjauh di alam semesta.
Galaksi yang diperkirakan berjarak 13 miliar tahun cahaya dari bumi itu diberi nama A1689-zD1. Para ilmuwan meramalkan bahwa galaksi tersebut terbentuk saat alam semesta baru berusia sekitar 700 juta tahun. Bentuknya jauh berbeda dengan Galaksi Bimasakti karena termasuk di antara formasi yang kali pertama terbentuk di alam semesta ini.
“Ukurannya lebih kecil dan tipis. Galaksi itu memiliki dua pusat dan memiliki formasi bintang-bintang yang lebih ekstrem,” jelas Holland Ford, profesor astronomi dari Johns Hopkins University, AS.
Untuk melihat objek sejauh itu, para astronom menggunakan metode yang disebut lensa galaksi. Metode tersebut mengandalkan sekelompok galaksi yang letaknya lebih dekat dengan Bumi untuk digunakan sebagai lensa tambahan dan berfungsi memperkuat daya pandang teleskop Hubble maupun Spitzer.
Gaya gravitasi yang kuat di sekitar kluster galaksi akan membelokkan cahaya yang datang dari belakangnya sehingga menimbulkan efek pembesaran jika objek yang jaraknya sangat jauh itu dilihat dari Bumi. “Dalam pengamatan kali ini, galaksi tertua tersebut dapat terlihat sepuluh kali lebih terang karena efek itu. Jutaan objek yang terletak di belakang kluster terlihat ratusan kali lebih tajam,” sambungnya.
Meski hanya dalam gambar hitam putih dan buram, jelas Ford, rekaman tersebut merupakan foto paling jelas untuk melihat objek dengan jarak sejauh itu. Dengan teleskop lebih canggih, termasuk Hubble generasi baru -yang rencananya diluncurkan pada 2013-objek-objek seperti itu akan menarik untuk dipelajari. “Ada sejumlah karakteristik tertentu pada galaksi ini. Di masa depan, sepertinya, susunan galaksi ini akan terbentuk seperti Bimasakti,” tegas Ford
Kluster A1689-zD1 itu kekuningan dengan sejumlah cahaya ungu dan putih yang berpendar mengelilinginya. Formasi galaksi baru tersebut ditemukan di sekitar formasi bintang yang lebih dulu terpetakan dan dinamakan Abell 1689.
Estimasi jarak A1689-zD1 tersebut juga didasarkan pada Abell 1689 yang berlokasi di titik dua miliar tahun cahaya dari Bumi. Gambar hasil proyeksi Hubble dan Spitzer saling mengover untuk menghasilkan sudut pandang yang lebih detail. “Akhirnya, hasil gambar Hubble ini dapat menembus lokasi yang tak terjangkau kinerja teleskop mana pun di muka bumi,” sambung Rychard Bouwens dari University California yang tergabung dalam tim peneliti tersebut.
A1689-zD1 itu diperkirakan terbentuk di era “masa kegelapan”, yaitu masa di antara terbentuknya galaksi awal setelah Big Bang (ledakan besar) terjadi. Para ahli Astronomi percaya bahwa A1689-zD1 termasuk di antara sekian galaksi yang berperan untuk mengakhiri “masa kegelapan” tersebut.
Para ahli astronomi kini mempersiapkan materi penemuan baru itu untuk diperdalam dalam penelitian lanjutan setelah teleskop generasi terbaru penerus Hubble bernama James Webb Space Telescope (JWST) diluncurkan pada 2013. Selain JWST, saat ini para ilmuwan dunia sedang merancang radio teleskop Atacama Large Millimeter Array (ALMA) yang segera dituntaskan pada 2012. “ALMA dan JWST akan menjadi kombinasi yang sangat sempurna dalam usaha memahami alam semesta ini secara utuh,” tulis mereka dalam sebuah jurnal ilmiah.
read more “Teleskop Hubble dan Spitzer yang dipasang di luar angkasa terus mengeksplorasi jagat raya. kedua teleskop yang juga berfungsi sebagai kamera tersebut berhasil merekam galaksi tertua dan terjauh di alam semesta.”

BIG BANG THEORY

Senin, 04 Mei 2009


Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.

Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.


Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.

Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.

Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.


read more “BIG BANG THEORY”

Watch TV - Live IP televisionAccess to 4000 Online television channels from your notebook. No need of of a TV tuner or decoder. 100% legal - no subscription needed.

Watch television stations live anywhere. All you need is our IP television software, your computer, and Internet connection.

It's easy to find a controversial episode of Gossip Girl up and running the next day. No longer reason to miss your favourite TV channels! Online Television changes the way we watch Television.

Online television is the new technology brought to us by the amazing discovery of the Internet. Ever wonder what TV stations are like in USA, or England or Germany? It's easy to find out, just turn on your computer and access your IP TV software account on the internet. It's that simple. Could you have imagined even 20 years ago that you would be able to tune in and watch a television channels from another part of the globe?

No reason to buy cable TV for big money when you can install TV on home laptop? Internet television is the next big thing in online technology. Simply thing, Online television offers the consumer ability to playback his or her favorite channels and films without using buttons on the television front panel.